Sejarah Gunung Arjuna

Gunung Arjuna adalah gunung api tua dan sudah tidak aktif lagi, terletak dalam suatu rangkaian dengan Gunung Anjasmoro dan Gunung Ringgit. G. Arjuna yang terletak di Provinsi Jawa Timur dapat didaki dari beberapa arah, yaitu arah utara (Tretes) melalui Gunung Welirang, arah barat (Batu-Selecta). Diperlukan peralatan pendakian yang memadai seperti tenda, peralatan masak, jaket hangat, makanan yang cukup mengandung kalori, serta fisik dan mental yang baik karena cuaca di G. Arjuna cukup dingin. Pemandangan alam di G. Arjuna cukup indah dan menawan.

Jika ingin mendaki G. Arjuna kita bisa memanfaatkan jasa pemandu di pos-pos pendakian di Wonorejo.
Setelah melapor untuk izin pendakian di pos PHPA Malang serta mempersiapkan persediaan air selama dalam pendakian, dengan beban berat di punggung kami tinggalkan Desa Wonorejo menuju pos II yang merupakan batas Taman Hutan Raya. Perjalanan awal tidak begitu berat karena rute perjalanan masih datar. Kami melewati perkebunan teh Wonosari, aroma daun teh terasa nikmat menusuk hidung. Suara-suara binatang masih terdengar merdu di pagi hari, sesekali kami menyapa pemetik teh yang sedang bekerja, mereka ramah dan lugu. Perjalanan kami mulai menanjak dan menguras tenaga menuju Oro-oro Ombo yang merupakan tempat perkemahan yang cukup luas dan indah. Tidak terasa kami sudah berjalan kurang lebih 4 jam menuju Oro-oro Ombo, kami mulai mendaki pukul 7.30 WIB. Tampak dengan jelas keindahan Kota Malang dan sekitarnya – yang terasa begitu memesona. Dari Oro-oro Ombo ini perjalanan pendakian menuju puncak G. Arjuna dibutuhkan waktu sekira 7 sampai 8 jam perjalanan untuk mencapai puncak.

Gunung Arjuna merupakan salah satu objek wisata petualangan yang menarik di Malang, selain Gunung Bromo – Tengger Semeru. Sejenak kami beristirahat sambil menikmati kesejukan dan memandang Kota Malang yang begitu indah. Perjalanan pendakian kami masih panjang, kami akan dihadapkan dengan tanjakan-tanjakan yang siap menghadang kami dalam perjalanan pendakian menuju puncak Gunung Arjuna.

Gunung Arjuna yang kekar berdiri setia menunggu kami yang sedang “dipermainkan” alam. Setelah cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan pendakian yang masih panjang. Siang hari yang terasa begitu panas cukup menguras tenaga, tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan pendakian sesuai rencana. Langkah-langkah kaki kami maju mundur dihadang akar-akar yang menghalangi perjalanan pendakian kami. Padang ilalang yang tinggi menghalangi dan menutupi pandangan. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, kami beristirahat untuk makan siang dan melemaskan kaki yang mulai terasa pegal. Hamparan ilalang dan hutan yang luas membuat mata kami terasa sejuk, embusan angin dan suara binatang penghuni gunung setia menemani makan siang kami yang begitu nikmat. Setelah selesai makan siang kami melanjutkan perjalanan pendakian dengan tidak lupa membawa sampah bekas makan. Kami melewati hutan yang begitu lebat yang disebut Hutan Lali Jiwo. Selain keindahan dan kelebatan hutannya, di Gunung Arjuna pun masih banyak terdapat peninggalan Kerajaan Majapahit walaupun kondisinya sudah tidak utuh lagi. Tetapi ini bisa menjadi bukti bahwa selain kaya akan keindahan alamnya, Gunung Arjuna menyimpan banyak sejarah.
Dalam pendakian menuju puncak gunung kami melewati bekas-bekas candi yang sudah rusak dan tidak utuh lagi kondisinya, sama seperti peninggalan purbakala di puncak Gunung Argopuro yang terkenal dengan sebutan Puncak Seribu Candi. Terutama pada lembah-lembah lereng G. Arjuna dan G. Ringgit tedapat puluhan peninggalan purbakala berupa candi-candi, arca-arca yang berserakan tidak teratur dan kondisinya sangat mengkhawatirkan, sebagian ada yang sudah hancur dan tertutup semak belukar. Umumnya arca-arca atau candi yang berada di G. Arjuna, terutama yang berada di lereng-lereng G. Arjuna, hanya menggambarkan manusia biasa dan tidak mengikuti ikonografi Hindu. Peninggalan purbakala yang ada di G. Arjuna seperti batu perdupaan, bangunan berundak, gua pertapaan, dan sebagainya. Diperkirakan peninggalan purbakala ini pada waktu Kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Sri Suhita. Pemerintah setempat bekerja sama dengan Departemen Kepurbakalaan mulai melakukan pendataan dan pelestarian puluhan arca dan candi. Ini semua bertujuan untuk melindungi cagar budaya yang masih tersisa, peninggalan Kerajaan Majapahit.

0 komentar:

Posting Komentar